John Sung
Rasul Allah di Timur
Jauh
web editor:
Eddy Sriyanto telp: (024)
70125869 / 0812.2525.268
Umat Kristen di Indonesia, terutama dari kalangan keturunan
Chinese pasti ingat pada suatu era sekitar tahun 1935-1940-an.
Pada saat itu, kehidupan keKristenan sedang hangat membara,
dan salah satu hal yang membakar kehidupan rohani Kristen
peranakan China Indonesia saat itu adalah api kebangunan
rohani yang dinyalakan oleh John Sung yang sangat fenomenal
itu.
John Sung, seorang China yang mengenyam beberapa pendidikan
tinggi di Amerika Serikat dipakai Tuhan untuk menghidupkan
api kebangunan rohani di China,saat itu China sedang
mengalami pembaruan revolusioner yang mengagumkan. Sesudah
memulai penginjilan dan kebangunan rohani di China,
ia lalu mulai bergerak ke negeri sekitarnya termasuk
asia tenggara.
John Sung pada tahun 1939 datang ke Indonesia untuk
berkhotbah. Jakarta, Bandung, Cirebon,Madiun, Solo,
Surabaya, dan Makasar menjadi tempat diadakannya kampanye
penginjilan John Sung. Sebelumnya, ia telah mengadakan
kampanye penginjilan di Thailand, Philipina,Taiwan,
Malaysia, Singapura. Di berbagai tempat yang dikunjungi
ini, kuasa Allah dinyatakan, ribuan jiwa baru bertobat
dan umat Kristen setempat merasakan pergerakan rohani
yang luar biasa.Di Indonesia, John Sung sangat besar
pengaruhnya bagi bermunculannya gereja baru sebagai
tindak lanjut dari kotbah penginjilan yang dilakukannya.
Ev.Agnes Maria Layantara pernah mengisahkan betapa hebatnya
pengaruh kebangunan rohani yang dipimpin John Sung ini
di Cirebon. Pada saat itu banyak orang China di Indonesia,
baik suku Hokkian,Khe,Theo Chew, HinHwa/HakYin ataupun
suku lain yang bertobat dan kemudian membuka cell group
yang kemudian berkembang menjadi gereja. Ibu
Mia Sigar (Maria Josephine Yacob) dari Makasar yang
kemudian menjadi staf penerjemah Lembaga Alkitab Indonesia,
juga merasakan pengaruh kebaktian kebangunan rohani
oleh John Sung ini, ketika itu ibu Mia masih sebagai
gadis kecil di kota Makasar.
Sedikit tentang John Sung
Sebagai utusan pembaharu, John Sung bekerja
sebagai penginjil kerasulan sejati, dengan banyak tanda
ajaib yang tak terhitung selama pelayanannya. Tidak
seperti beberapa tokoh gereja modern lainnya yang pernah
kita pelajari, John Sung melambangkan perpaduan Kemurnian
Perjanjian Baru dan kekuatan Perjanjian Baru. Kehidupan
pribadi dan pelayanannya sangat dikuasai oleh pengurapan
nubuatan yang sejati. Dia adalah wujud dari semangat
membara, nafsu yang tak mudah puas dan ketidaktakutan
yang tak lenyap. Beberapa menjulukinya sebagai "John
Wesley dari China," sementara lainnya memanggilnya "Si
penghancur Es" atau "Utusan Pembaharuan" Semua
yang pernah menyaksikan ataupun mempelajari pelayanannya,
menyadari bahwa dia adalah salah satu revivalis terbesar
dalam abad ini. Di tengah rasa kehilangan kita, dia
telah dilupakan dan diabaikan oleh kebanyakan gereja
barat. Dia adalah nabi yang terlupakan dari pembaruan
China 1927-1937.
John Sung dilahirkan pada tanggal 27 September,
1901 di distrik Hinghwa di propinsi Hokkian (Minnan)
di China bagian Selatan. Dia adalah putera dari seorang
majelis Methodis yang sangat disegani .Pada tahun 1920
John Sung dalam usia sembilan belas tahun menuju Amerika
Serikat untuk kuliah di Wesleyan University of Ohio.
Dia kemudian pergi belajar di Ohio State University
and Union Theological Seminary. Selama lima tahun dan
dua bulan dari hari pertama ia memasuki kuliah, dia
menekuni tiga jurusan akademik: Sarjana Science, Master
of Science dan Doctor of Philosophy, sambil melakukan
pekerjaan sambilan. Bagaimanapun juga , semua gelar
tinggi ini tidak datang begitu saja dalam hidup rohaninya.
Sesudah beberapa tahun di Amerika, di bawah ajaran kokoh
filsafat dan theologi liberal, John Sung menyadari dirinya
menyimpang dan meragukan semua yang diajarkan ayahnya.
10 February 1927, bersamaan waktunya dengan
kebangunan rohani mulai merambah di China, John Sung
menyerahkan hidupnya bagi Tuhan Yesus Kristus. Inibaru
permulaan dari suiatu pekerjaan yang sangatlah berat.
Sesudah penyesalan dosanya dia tiba-tiba dipenuhi suatu
sukacita yang sangat dahsyat. Dia mulai berkotbah ke
seluruh teman kuliah dan profesornya. Perubahan tajam
dari kebiasaan hidup John Sung membuat banyak orang
menyangka dia mengalami gangguan kejiwaan. Dia kemudian
mendapati dirinya dirawat di satu rumah sakit jiwa atas
perintah pimpinan seminarinya. Dia diijinkan untuk membawa
hanya Alkitab dan pena dalam rumah sakit itu. Dia kemudian
mengakui bahwa rumah sakit jiwa itu adalah seminari
theologi yang sebenarnya bagi dia. John Sung dikurung
selama 193 hari, setengah tahun lebih. Selama waktu
itu ia membaca Alkitab dari awal sampai akhir empat
puluh kali. Dia mencurahkan hampir semua waktu untuk
membaca Alkitab dan berdoa. Melalui bulan-bulan kesendirian
ini, Roh Kudus telah dengan cermat meletakkan dasar
bagi pelayanan kenbangunan rohani John Sung. Dia telah
dipersiapkan untuk berpartisipasi dalam satu dari beberapa
revival terbesar di abad ke duapuluh.
Sesudah mengundurkan diri, John berlayar pada
tanggal 4 Oktober 1927 menuju Shanghai. "Dia telah hidup
tujuh setengah tahun di Amerika Serikat. Dia kini seorang
sarjana terkemuka, dan tak diragukan lagi bahwa banyak
Universitas nasional di China akan menyambutnya sebagai
pengajar. . ." Mengabaikan segala tawaran keberhasilan
dari prestasi pendidikan yang dapat diraihnya, John
Sung memutuskan kembali ke tanah air dan mewartakan
Firman pada rakyat negerinya. Dia menyadari bahwa yang
dibutuhkan negara China bukan hanya pengajar science
tetapi pemberita Injil. Suatu hari ketika kapal itu
telah mendekati tujuan, ia mengumpulkan semua ijazahnya,
medali dan semua sertifikat dan membuangnya ke samudera.
Satu-satunya yang tidak dibuang hanyalah diploma doktornya,
yang ia simpan untuk menyenangkan hait ayahnya. Seperti
halnya rasul Paulus, John Sung mungkin berkata, "Apa
yang tadinya kuanggap berharga, kini kuanggap sampah
karena Kristus" (Filipi. 3: 7). Sesudah tiba di China,
John Sung segera menikah dan kemudian bergabung dengan
Sekolah Alkitab Shanghai. Tidak lama sebelum ia menjadi
penginjil di kalangan mahasiswa. Dia menjalin aliansi
dengan Andrew dan beberapa alumni lain dari sekolah
tinggi itu untuk membentuk "Bethel Evangelistic Band."
Allah menggunakan kelompok rasuli ini secara luarbiasa
untuk menyebarkan api kebangunan rohani di seluruh negeri
China ketika mereka berkeliling memberitakan Firman
dan menyanyikan lagu pujian. Ketika John Sung tidak
di belakang mimbar, dia seorang pendiam bahkan penurut.
Tetapi ketika berkotbah ia adalah seorang pria dengan
emosi yang kuat dan meletup. Dia seringkali bolak balik
dan melintasi panggung atau kadangkala melompati pagar
komuni. Di lain waktu, dia dapat berjalan dan menuruni
gang di tengah ruangan gereja untuk menunjuk dengan
jarinya pada seseorang dari pengunjung jemaat dan kemudian
berlari kembali ke depan altar gereja lalu berdiri di
tempat komuni melanjutkan kotbahnya sampai selesai.
Dia selalu menekankan pertobatan dan kebutuhan
untuk melengkapi pemulihan semaksimal mungkin. Dia tanpa
rasa takut mencela semua dosa dan kemunafikan ketika
menemukannya, terutama di kalangan pelayan Tuhan yang
kawakan. Begitupun dia juga menggerakkan hadirin dengan
pesan dari kelembutan Kristus dan kasih yang tak pernah
gagal. Pertemuan Dr. Sung selalu disertai sejumlah besar
pertobatan orang berdosa. Ini sangat tidak umum untuk
ratusan hadirin untuk terlihat aliran air mata turun
dari wajah dan meraung untuk kebajikan. Banyak petobat
baru menerobos ke depan untuk secara terbuka mengakui
dosa mereka sebelum keseluruhan ibadah ."Dalam kotbahnya,
Dr. Sung sering menerima karunia nabi." Dalam beberapa
kesempatan ia menunjuk langsung dosa-dosa pastor/rohaniwan
yang melakukan dosa lama dengan suatu ketepatan yang
mengagumkan dan mencengangkan. Leslie T. Lyall menulis,
"Kadangkala ia dapat mengajak seseorang secara individual,
seorang pendeta atau pengerja kantor gereja, dan berkata,
'Ada dosa dalam hatimu!' Dan ia selalu benar."
Ketika John Sung tidak sedang berkotbah atau
mengorganisir satu kelompok penginjil baru, dia sering
ditemukan sedang menulis dalam catatan hariannya atau
sedang menambahkan daftar doanya yang semakin hari semakin
panjang. Dia dengan cermat berdoa dari satu daftar kebutuhan
umat yang ekstensif, yang juga disertai beberapa lusin
foto kecil.John Sung adalah seorang pendoa syafaat yang
setia dan selalu meminta sebuah gambar kecil dari doa
yang diinginkan dalam rangka menolong dia bersyafaat
dengan beban yang berat. Dimana saja ia pergi, ia meminta
orang -orang untuk berdoa bagi mereka sendiri. "Kenyataan
bahwa Gereja China adalah gereja yang berdoa sekarang
ini, dapat dikatakan merupakan pengaruh dan teladan
dari tokoh ini yang berdoa." Tak ada seorangpun dibolehkan
menyela waktu berdoanya. John Sung membuat ini menjadi
kebiasaan tetap untuk bangun pagi jam 5 pagi untu bersembahyang
selama dua atau tiga jam. "Berdoa dengan John Sung bagaikan
suatu pertempuran. Dia berdoa sampai keringat mengucur
dari wajahnya." Beberapa kali dia pingsan di atas ranjang
dan tanpa kontrol menangis dan meraung dalam doanya.
John Sung percaya bahwa berdoa adalah pekerjaan palin
penting dari orang percaya. Dia mendefinisikan iman
sebagai menyaksikan Allah bekerja di lutut Anda. Mr.
Boon Mark menceritakan tentang John Sung, "Dia bicara
sedikit, khotbah banyak, dan berdoa paling banyak."
Karena terbukti bahwa John Sung adalah tokoh
dengan kuasa besar dalam berdoa, orang sakit dan timpang
banyak datang kepadanya untuk didoakan. John Sung selalu
mengadakan waktu untuk secara khidmat berdoa untuk kebutuhan
mereka. "Dr. Sung biasanya mengadakan satu kampanye
dimana ia mengharuskan orang yang membutuhkan pelayanan
kesermbuhan dan kelepasan itu untuk bertobat terlebih
dahulu." Ratusan orang disembuhkan dari perbagai sakit
penyakit. Orang buta dicelikkan; orang lumpuh berjalan,
dan tuli bisusecara ajaib disembuhkan ketika John Sung
berseru pada Yesus dalam doanya. Sometimes he would
personally lay hands on and pray for as many as 500-600
jemaat dalam satu ibadah. Di luar kenyataan bahwa banyak
penyembuhan mengagumkan dalam pelayanannya, dia menderita
selama bertahun-tahun akibat penyakit tuberculosis usus.
Penyakit ini menyerang dia secara konsisten dengan rasa
sakit yang luar biasa disertai infeksi darah bernanah
pada ususnya. Walaupun demikian ia tetap melanjutkan
berkotbah, kadangkala dalam posisi berlutut untuk meredakan
nyerinya. Akhirnya setelah bertahun-tahun sakit, dia
dipanggil pulang Bapa surgawi pada tanggal 18 Agustus
tahun 1944 di usia 43 tahun.
Gereja modern , seperti halnya Israel kuno,
sangat tidak nyaman dengan hamba-hamba Tuhan yang prophetik.
Di beberapa sudut Gereja hari-hari ini Anda akan menemukan
orang-orang yang menggemakan ulang perkataan tidak simpatik
raja Ahab - "Jadi engkau, (Elia) pembuat petaka atas
Israel?" (I Raja18:17). Biasanya ketika kita merasakan
ada hal yang tidak nyaman bagi kita, kita mencoba membubuhi
sesuatu untuk membuatnya lebih enak. Karena Umat Kristen
saat ini sangat tidak nyaman dengan suara kenabian,
kita mencoba untuk meredefinisi ulang peran nabi sebagai
satu-satunya yang menguatkan gereja tentang masa yang
akan datang. Nabi-nabi tidak ditempatkan di tengah-tengah
kita untuk menyanyikan lagu "Nina Bobok",
mereka adalah sistem alarm untuk Bait Suci Allah!! Leonard
Ravenhill merumuskan peran kenabian begini:"Nabi-nabi
adalah pengerja darurat dari Allah untuk saat-saat kritis.
Mereka maju pesat dalam atasi kebingungan,mengatasi
kemalangan, mengatasi malapetaka, membawa anggur baru
untuk Kerajaan Allah dan meledakkan kirbat anggur usang
dan memperbaharui lahir baru."
John Sung adalah seorang perintis revival sejati.
Beliau memimpin pelipatgandaan ribuan orang China dan
Asia Tenggara kepada suatu kekuatan spiritual yang baru.
Panggilan dari pembaharuan, adalah panggilan menjadi
perintis! Kalau kita serius mengenai revival, kita harus
rela pergi ke gereja yang telah di lupakan ini. Karena
itu kita harus menghentikan perbantahan dan perselisihan
dalam gereja seperti saat ini untuk menyiapkan langkah
kita bagi step kita selanjutnya, bagi mimpi dan visi.
Kita tidak layak membiarkan kelemahan dan kegagalan
mencuri iman dan pengharapan dan kasih kita. Allah tidak
memanggil kita untuk bermain dengan kelemahan dan kesia-siaan
di sekitar kita. Dia sedang mengundang kita untuk mempercayai
kemurnian dan kekuasaan gereja seperti tertulis dalam
Perjanjian Baru! masa tujuhpuluh tahun kita telah lewat,
inilah saatnya berhenti menghiraukan Sanbalat dan Tobiah
untuk giat membangun Rumah Doa Allah (Dan 9:1-3, Ezra
1:1-5).
Sumber pustaka: John Sung by
Leslie T. Lyall, The Diaries of John Sung translated
by Stephen L. Sheng, The Revival in Indonesia by Kurt
Koch, Go Home and Tell by Bertha Smith, The Theology
of Revival in the Chinese Christian Church, 1900-1949
by Chun Kwan Lee, Into God's Family by Andrew Gih, Launch
out into the Deep by Andrew Gih, Twice Born and Then?
by Andrew Gih, The Shantung Revival by Mary K. Crawford,
The Awakening: Revival in China 1927-1937 by Marie Monsen
|